Penerapan E-commerce
Untuk Agribisnis di Indonesia
Menurut Anita (2004) dalam thesisnya di Universitas
Indonesia yang berjudul Pemanfaatan e-commerce dalam meningkatkan usaha
agrbisnis : Sebagai alternatif pemberdayaan Komunitas petani, menunjukkan bahwa
pemanfaatan e-commerce untuk produk agribisnis terutama adalah sebagai media
promosi, komunikasi dan informasi. Pemanfaatan ini sangat berpengaruh pada
keefektifan dan keefisienan proses kerja, jika secara intens dan maksimal
dilakukan.
Manfaat yang dirasakan oleh para pelaku bisnis
secara langsung dan tidak langsung memberi pengaruh positif pada komunitas
petani yang terkait, terutama dari semakin luasnya jalur pemasaran pelaku
bisnis yang meningkatkan permintaan produksi dan memacu pengadaan produksi di kalangan
komunitas petani, dimana selalu diharapkan untuk meningkatkan produksi dengan
standar kualitas yang ditentukan. Dengan lebih terpacunya kegiatan pengadaan,
kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup para petani dan keluarganya terbuka
lebar. Perumusan model pemberdayaan pada komunitas petani merupakan program
kemitraan dengan kerjasama dalam bidang usaha yang melibatkan tiga unsur, yaitu
: komunitas/ kelompok tani sebagai pemasok bahan baku dan penerima modal usaha,
perusahaan agribisnis sebagai pembeli produksi kelompok tani dan penjamin
kredit (avalist), dan pihak bank sebagai pemberi modal dalam bentuk kredit.
GAmbar 1. Penerapan E-commerce Untuk Agribisnis di
Indonesia
Menurut Soekartawi (2006) kegiatan perdagangan (atau
transaksi jual-beli) barang dan jasa pertanian melalui media elektronik
efektif, efisien, murah, praktis, alat promosi yang luas dengan tanpa batas,
dan dapat dipakai untuk untuk membangun loyalitas pelanggan. E-commerce
agribisnis merupakan salah satu diversifikasi pemasaran untuk meningkatkan
keuntungan. Disamping itu, aplikasinya berkembang dengan cepat mengikuti
perkembangan global bisnis pertanian. Sebaliknya, kelemahan dari e commerce
Agribisnis adalah tidak semua pelaku usaha pertanian mempunyai atau terakses
fasilitas elektronik dan tidak semua pelaku usaha mengerti e-commerce
Agribisnis karena faktor pendidikan dan sosial-ekonominya. Untuk itu,
pendampingan dari para pelaku usaha professional sangat diperlukan untuk
membantu para pelaku usaha pertanian (petani, peternak, nelayan) menfasilitasi
penerapan e commerce sehingga dapat melakukan penjualan produk secara langsung.
Upaya pemanfaatan ecommerce, diharapkan dapat
memotong mata rantai distribusi produk pertanan Indonesia, sehingga mampu
meningkatkan daya beli masyarakat serta dapat meningkatkan pendapatan petani.
Konsepnya adalah, pemotongan mata rantai akan menurunkan harga pokok penjualan
dari sisi distribusinya. Umumnya bahan makan pokok akan cenderung mengalami
perubahan harga yang signifikan karena berbagai pengaruh. Disisi lain, harga
pokok produksi (HPP) produk pertanian tidak mengalami perubahan yang
signifikan, sehingga para petani sudah mempunya dasar harga yang harus mereka
kenakan agar dapat memporoleh keuntungan.
Yang menjadi persoalan pada produk pertanian, harga
tidak didasarkan pada HPP tetapi pada fluktuasi pasar yang diakibatkan oleh
permainan di sisi distribusi barang. Akibatnya, walaupun stok barang terdapat
di tingkat petani, tetapi langka di pasar, maka akan terjadi lonjakan harga
yang signifikan seperti yang terjadi pada kasus daging sapi. Stok sapi di
tingkat petani tidak terdistribusi kepasar dengan baik.
Diharapkan dengan lahirnya ecommerce produk
pertanian, mampu meningkatkan daya saing produk pertanian lokal Indonesia. Salah
satu web ecommerce produk pertanian yang sudah didirikan yaitu agrowing.co.id.
Dengan mengusung semangat meningkatkan daya saing produk lokal dengan
mengurangi mata rantai distribusi produk, agrowing.co.id berupaya secara aktif
untuk meningkatkan konektivitas antar stecholder dibidang pertaian agar mampu
bersinergi sehingga transfer teknologi dari hasil penelitian di
universitas dapat diterapkan pada petani tingkat bawah melalui Dinas Pertanian
setempat. Dan membantu pemasaran hasil produk melalui media online.
B. Gambaran Perkembangan E-commerce Indonesia
Bisnis e-commerce telah menjadi bagian penting dari
perkembangan internet di Indonesia. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
memperkirakan transaksi jual beli barang melalui internet (e-commerce) dari
Indonesia akan menembus angka US$ 10,08 miliar. Rata-rata nilai transaksi
belanja online tersebut tumbuh 40 persen setiap tahun (CNN Indonesia,
2014).
Menurut vice chairman & foreign relation
Asosiasi E-Coomerce Indonesia (idEA) Agus Tjandra pada penandatangan kerja sama
e-commerce antara Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII) dan Taipei
Computer Association (TCA) di Jakarta menyatakan bahwa total nilai transaksi
e-commerce Indonesia pada 2013 mencapai US$ 8 miliar atau sekitar Rp 94 triliun
dan diprediksi terus meningkat hingga mencapai US$ 24 miliar atau sekitar Rp
283 triliun pada 2016. Jumlah orang yang berbelanja secara online di Tanah Air
tercatat mencapai 4,6 juta orang selama 2013 dan diperkirakan meningkat
menjadi 8,7 juta orang pada 2016. Komposisi konsumen maupun penjual
e-commerce di Indonesia saat ini didominasi oleh orang kantoran sebesar 63,4
persen dan tenaga kerja kasar 15,1 persen sebagai pembeli. Sedangkan pihak
penjual sebanyak 21,5 persen. Adapun jumlah pengguna internet Indonesia saat
ini diperkirakan mencapai 74 juta orang (Beritasatu, 2014). Ini merupakan
tantangan pertama dari perkembangan bisnis online di Indonesia, yaitu potensi
peningkatan penjualan online masih sangat besar.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi,
dikutip dari CNN Indonesia (2014) mengatakan pihaknya akan menyusun draf awal
Rancangan Peraturan Pemerintah untuk melindungi konsumen maupun penjual yang
yang menggunakan transaksi via e-commerce. Mengutip sejumlah riset yang
dilakukan di dunia terhadap perilaku pengguna internet di Indonesia, satu dari
dua pengguna internet pasti akan berbelanja atau berjualan dalam waktu 12 bulan
ke depan.
Bisnis e-commerce Indonesia juga telah dilirik
banyak investor, baik dalam maupun luar negeri. Beberapa VC (Venture Capital)
besar seperti Rocket Internet, CyberAgent, East Ventures, dan IdeoSource bahkan
sudah menanamkan modal ke perusahaan e-commerce yang berbasis di
Indonesia. Beberapa diantaranya adalah raksasa Lazada dan Zalora, Berrybenka, Tokopedia, Bilna, Saqina, VIP Plaza, Ralali, Elevenia, Bukalapak, agrowing.co.id
dan masih banyak lagi. Sebagian dari mereka adalah contoh dari perusahaan e-commerce
yang sukses dan berhasil dalam memanfaatkan peluang pasar e-commerce di
Indonesia yang sedang meningkat. Bahkan Pemerintah China berinisiatif membuat
kerjasama perdagangan berbasis e-commerce dengan negara-negara Asean, termasuk
Indonesia.
Ini merupakan angka yang sangat fantastis mengingat
bahwa hanya sekitar 7% dari pengguna internet di Indonesia yang pernah
belanja secara online, ini berdasarkan data dari McKinsey. Dibandingkan
dengan China yang sudah mencapai 30%, Indonesia memang masih tertinggal jauh,
tapi perlu jumlah pengguna akan terus naik seiring dengan bertumbuhnya penggunaan
smartphone, penetrasi internet di Indonesia, penggunaan kartu debit
dan kredit, dan tingkat kepercayaan konsumen untuk berbelanja secara online.
Jika kita melihat Indonesia sebagai Negara kepulauan yang sangat luas, e-commerce
adalah pasar yang berpotensi tumbuh sangat besar di Indonesia.
Pada tahun 2012, suatu perusahaan e-commerce di
Indonesia mencatat bahwa 41% penjualan mereka berasal dari Jakarta, namun
pada enam bulan selanjutnya angka ini turun menjadi 22%. Ini menunjukkan bahwa
tidak hanya konsumen di Jakarta saja yang rutin berbelanja online, konsumen di
luar Jakarta pun tidak ingin ketinggalan mengikuti perkembangan zaman dengan
menunjukkan kontribusi mereka pada pasar e-commerce di Indonesia
(Starupbisnis, 2014).
Data dari lembaga riset ICD
memprediksi bahwa pasar e-commerce di Indonesia akan tumbuh 42% dari
tahun 2012-2015. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan negara lain
seperti Malaysia (14%), Thailand (22%), dan Filipina (28%). Berdasarkan data
dari majalah Marketing Edisi 08/XIV/Agustus/2014, Wall Streat Journal, Event Veritrans: Rise of
E-Commerce, estimasi pertumbuhan penjualan e-commerce B2C
(Business to Custemer) di beberapa negara Asia dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Walaupun jumlah penjualan di Indonesia masih rendah dibanding negara lainnya,
namun melihat perkembangan Indonesia yang cukup pesat, tidak menutup kemungkinan
negara tercinta kita ini akan menyaingi negara Asia lain yang sudah dulu
menghasilkan penjualan e-commerce di atas Indonesia.
dikutip dari : http://7farmers.com/index.php/2015/08/25/ecommerce-untuk-pemasaran-produk-pertanian/