Kamis, 09 Maret 2017



Penerapan E-commerce Untuk Agribisnis di Indonesia
Menurut Anita (2004) dalam thesisnya di Universitas Indonesia yang berjudul Pemanfaatan e-commerce dalam meningkatkan usaha agrbisnis : Sebagai alternatif pemberdayaan Komunitas petani, menunjukkan bahwa pemanfaatan e-commerce untuk produk agribisnis terutama adalah sebagai media promosi, komunikasi dan informasi. Pemanfaatan ini sangat berpengaruh pada keefektifan dan keefisienan proses kerja, jika secara intens dan maksimal dilakukan.
Manfaat yang dirasakan oleh para pelaku bisnis secara langsung dan tidak langsung memberi pengaruh positif pada komunitas petani yang terkait, terutama dari semakin luasnya jalur pemasaran pelaku bisnis yang meningkatkan permintaan produksi dan memacu pengadaan produksi di kalangan komunitas petani, dimana selalu diharapkan untuk meningkatkan produksi dengan standar kualitas yang ditentukan. Dengan lebih terpacunya kegiatan pengadaan, kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup para petani dan keluarganya terbuka lebar. Perumusan model pemberdayaan pada komunitas petani merupakan program kemitraan dengan kerjasama dalam bidang usaha yang melibatkan tiga unsur, yaitu : komunitas/ kelompok tani sebagai pemasok bahan baku dan penerima modal usaha, perusahaan agribisnis sebagai pembeli produksi kelompok tani dan penjamin kredit (avalist), dan pihak bank sebagai pemberi modal dalam bentuk kredit.
Penerapan E-commerce Untuk Agribisnis di Indonesia
GAmbar 1. Penerapan E-commerce Untuk Agribisnis di Indonesia
Menurut Soekartawi (2006) kegiatan perdagangan (atau transaksi jual-beli) barang dan jasa pertanian melalui media elektronik  efektif, efisien, murah, praktis, alat promosi yang luas dengan tanpa batas, dan dapat dipakai untuk untuk membangun loyalitas pelanggan. E-commerce agribisnis merupakan salah satu diversifikasi pemasaran untuk meningkatkan keuntungan. Disamping itu, aplikasinya berkembang dengan cepat mengikuti perkembangan global bisnis pertanian. Sebaliknya, kelemahan dari e commerce Agribisnis adalah tidak semua pelaku usaha pertanian mempunyai atau terakses fasilitas elektronik dan tidak semua pelaku usaha mengerti e-commerce Agribisnis karena faktor pendidikan dan sosial-ekonominya. Untuk itu, pendampingan dari para pelaku usaha professional sangat diperlukan untuk membantu para pelaku usaha pertanian (petani, peternak, nelayan) menfasilitasi penerapan e commerce sehingga dapat melakukan penjualan produk secara langsung.
Upaya pemanfaatan ecommerce, diharapkan dapat memotong mata rantai distribusi produk pertanan Indonesia, sehingga mampu meningkatkan daya beli masyarakat serta dapat meningkatkan pendapatan petani. Konsepnya adalah, pemotongan mata rantai akan menurunkan harga pokok penjualan dari sisi distribusinya. Umumnya bahan makan pokok akan cenderung mengalami perubahan harga yang signifikan karena berbagai pengaruh. Disisi lain, harga pokok produksi (HPP) produk pertanian tidak mengalami perubahan yang signifikan, sehingga para petani sudah mempunya dasar harga yang harus mereka kenakan agar dapat memporoleh keuntungan.
Yang menjadi persoalan pada produk pertanian, harga tidak didasarkan pada HPP tetapi pada fluktuasi pasar yang diakibatkan oleh permainan di sisi distribusi barang. Akibatnya, walaupun stok barang terdapat di tingkat petani, tetapi langka di pasar, maka akan terjadi lonjakan harga yang signifikan seperti yang terjadi pada kasus daging sapi. Stok sapi di tingkat petani tidak terdistribusi kepasar dengan baik.
Diharapkan dengan lahirnya ecommerce produk pertanian, mampu meningkatkan daya saing produk pertanian lokal Indonesia. Salah satu web ecommerce produk pertanian yang sudah didirikan yaitu agrowing.co.id. Dengan mengusung semangat meningkatkan daya saing produk lokal dengan mengurangi mata rantai distribusi produk, agrowing.co.id berupaya secara aktif untuk meningkatkan konektivitas antar stecholder dibidang pertaian agar mampu bersinergi sehingga transfer teknologi dari hasil penelitian di universitas dapat diterapkan pada petani tingkat bawah melalui Dinas Pertanian setempat. Dan membantu pemasaran hasil produk melalui media online.
B. Gambaran Perkembangan E-commerce Indonesia
Bisnis e-commerce telah menjadi bagian penting dari perkembangan internet di Indonesia. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia memperkirakan transaksi jual beli barang melalui internet (e-commerce) dari Indonesia akan menembus angka US$ 10,08 miliar. Rata-rata nilai transaksi belanja online tersebut tumbuh 40 persen setiap tahun (CNN Indonesia, 2014).
Menurut vice chairman & foreign relation Asosiasi E-Coomerce Indonesia (idEA) Agus Tjandra pada penandatangan kerja sama e-commerce antara Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII) dan Taipei Computer Association (TCA) di Jakarta menyatakan bahwa total nilai transaksi e-commerce Indonesia pada 2013 mencapai US$ 8 miliar atau sekitar Rp 94 triliun dan diprediksi terus meningkat hingga mencapai US$ 24 miliar atau sekitar Rp 283 triliun pada 2016. Jumlah orang yang berbelanja secara online di Tanah Air tercatat mencapai 4,6 juta orang selama 2013 dan diperkirakan meningkat menjadi 8,7 juta orang pada 2016. Komposisi konsumen maupun penjual e-commerce di Indonesia saat ini didominasi oleh orang kantoran sebesar 63,4 persen dan tenaga kerja kasar 15,1 persen sebagai pembeli. Sedangkan pihak penjual sebanyak 21,5 persen. Adapun jumlah pengguna internet Indonesia saat ini diperkirakan mencapai 74 juta orang (Beritasatu, 2014). Ini merupakan tantangan pertama dari perkembangan bisnis online di Indonesia, yaitu potensi peningkatan penjualan online masih sangat besar.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi, dikutip dari CNN Indonesia (2014) mengatakan pihaknya akan menyusun draf awal Rancangan Peraturan Pemerintah untuk melindungi konsumen maupun penjual yang yang menggunakan transaksi via e-commerce. Mengutip sejumlah riset yang dilakukan di dunia terhadap perilaku pengguna internet di Indonesia, satu dari dua pengguna internet pasti akan berbelanja atau berjualan dalam waktu 12 bulan ke depan.
Bisnis e-commerce Indonesia juga telah dilirik banyak investor, baik dalam maupun luar negeri. Beberapa VC (Venture Capital) besar seperti Rocket Internet, CyberAgent, East Ventures, dan IdeoSource bahkan sudah menanamkan modal ke perusahaan e-commerce yang berbasis di Indonesia. Beberapa diantaranya adalah raksasa Lazada dan Zalora, Berrybenka, Tokopedia, Bilna, Saqina, VIP Plaza, Ralali, Elevenia, Bukalapak, agrowing.co.id dan masih banyak lagi. Sebagian dari mereka adalah contoh dari perusahaan e-commerce yang sukses dan berhasil dalam memanfaatkan peluang pasar e-commerce di Indonesia yang sedang meningkat. Bahkan Pemerintah China berinisiatif membuat kerjasama perdagangan berbasis e-commerce dengan negara-negara Asean, termasuk Indonesia.
Ini merupakan angka yang sangat fantastis mengingat bahwa hanya sekitar 7% dari pengguna internet di Indonesia yang pernah belanja secara online, ini berdasarkan data dari McKinsey. Dibandingkan dengan China yang sudah mencapai 30%, Indonesia memang masih tertinggal jauh, tapi perlu jumlah pengguna akan terus naik seiring dengan bertumbuhnya penggunaan smartphone, penetrasi internet di Indonesia, penggunaan kartu debit dan kredit, dan tingkat kepercayaan konsumen untuk berbelanja secara online. Jika kita melihat Indonesia sebagai Negara kepulauan yang sangat luas, e-commerce adalah pasar yang berpotensi tumbuh sangat besar di Indonesia.
Pada tahun 2012, suatu perusahaan e-commerce di Indonesia mencatat bahwa 41% penjualan mereka berasal dari Jakarta, namun pada enam bulan selanjutnya angka ini turun menjadi 22%. Ini menunjukkan bahwa tidak hanya konsumen di Jakarta saja yang rutin berbelanja online, konsumen di luar Jakarta pun tidak ingin ketinggalan mengikuti perkembangan zaman dengan menunjukkan kontribusi mereka pada pasar e-commerce di Indonesia (Starupbisnis, 2014).
Data dari lembaga riset ICD memprediksi bahwa pasar e-commerce di Indonesia akan tumbuh 42% dari tahun 2012-2015. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan negara lain seperti Malaysia (14%), Thailand (22%), dan Filipina (28%). Berdasarkan data dari majalah Marketing Edisi 08/XIV/Agustus/2014, Wall Streat Journal, Event Veritrans: Rise of E-Commerce, estimasi pertumbuhan penjualan e-commerce B2C (Business to Custemer) di beberapa negara Asia dapat dilihat pada Gambar 3.1. Walaupun jumlah penjualan di Indonesia masih rendah dibanding negara lainnya, namun melihat perkembangan Indonesia yang cukup pesat, tidak menutup kemungkinan negara tercinta kita ini akan menyaingi negara Asia lain yang sudah dulu menghasilkan penjualan e-commerce di atas Indonesia.



dikutip dari : http://7farmers.com/index.php/2015/08/25/ecommerce-untuk-pemasaran-produk-pertanian/